Biografi
Umar Bin Khattab
Umar
bin Khattab (Arab: عمر بن الخطاب,
lahir 583 Masehi – wafat 3 November 644 Masehi), adalah salah seorang sahabat nabi yang menjadi khalifah muslim yang paling berpengaruh dan
penerus dalam menyebarkan agama Islam dalam sejarah.[2]
Genealogi
Umar
dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani
Makhzum.[3] Umar memiliki julukan yang diberikan
oleh Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Padazaman jahiliyah keluarga Umar
tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada
masa itu merupakan sesuatu yang langka.
Biografi
Sebelum
memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan
dihormati oleh penduduk Mekkah. Umar juga dikenal
sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa
pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah
menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali,
meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara
tegas.
Memeluk
Islam
Ketika Nabi Muhammad
menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati
terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan
yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah
mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap
peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak
dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad
.
Pada
puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad
, Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad
, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah
seorang pengikut Nabi Muhammad
bernama Nu'aim
bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan
Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar
terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya,
diriwayatkan bahwa Umar menjumpai
saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah
akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah
oleh pukulannya ia men)jadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut
dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca
tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam,
tentu saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah
terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam
dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad
kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut,
akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau
tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui
selalu membelanya.
Kehidupan
di Madinah
Pada tahun
622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad
dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke
Syria. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada
masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam,
juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad
dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia
tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut
menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad
.
Wafatnya
Nabi Muhammad
Pada saat
kabar wafatnya Nabi Muhammad
pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10
Hijriah) suasana sedih dan haru menyelimuti kota Madinah,sambil berdiri
termenung Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas
peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk
pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkata "Sesungguhnya beberapa
orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad
.telah wafat.Sesungguhnya dia tidak wafat,tetapi pergi ke
hadapan Tuhannya,seperti dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya.Demi
Allah dia benar-benar akan kembali.Barang siapa yang beranggapan bahwa dia
wafat,kaki dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali
dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas
mengatakan:
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad
, Nabi Muhammad
sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah
Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad
—Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam
yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad
, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu
Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an[4] dan mencoba untuk mengingatkan mereka
kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad
yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa
itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Masa
kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai
khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya
Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar
sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
Menjadi
khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan
Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian
Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya
yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam
dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran
besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk,
yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636,
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri
kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian
selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas
pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah
(th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada
pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang
terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan
yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam
akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota
oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat
di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55
tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi
secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk
membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah
kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang
sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah,
tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam
hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Wafatnya
Umar bin
Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk
(Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat
Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam
setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz
merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara
adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23
H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar
meninggalkan wasiat yaitu:[butuh rujukan]
- Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
- Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
- Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
- Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
- Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
- Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.